IUGR
(INTRA
UTERINE GROWTH RESTRICTION)
TUGAS MK. ASKEB IV
Oleh :
KELOMPOK 14
WINDA KUSUMA WARDINI
WULAN SARI
Dosen Pembimbing : Devi Syarief, S.Si.T,
M.Keb
TINGKAT II B
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2011 / 2012
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kehidupan manusia
dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah
memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan
kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari
ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang
menguntungkan dalam kehidupan berikutnya.
Sejarah klasik tentang
dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak
didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang
masa kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik
mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan berat
placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya tidak
terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan asupan
kalori, protein dan zat gizi essential lainnya.
Gangguan pertumbuhan
janin ada 2 yaitu makrosmia dan IUGR (PJT). Kejadian PJT bervariasi, berkisar
4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara berkembang. Hal ini perlu menjadi
perhatian karena besarnya kecacatan dan kematian yang terjadi akibat PJT. Pada
kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth)
atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa
kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun sang ibu dalam
kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah
yang paling sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan
bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat
menekan risiko munculnya PJT.
BAB II
TINJAUAN TEORI
TINJAUAN TEORI
A.
Defenisi
Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami
pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai
berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine
Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan
pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu
dari usia kehamilannya.
Definisi yang sering dipakai adalah bayi-bayi
yang mempunyai berat badan dibawah 10 persentil dari kurva berat badan bayi
yang normal). Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine
Growth Retardation (IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena
Retardasi lebih ditekankan untuk mental.
Menurut Gordon, JO (2005) pertumbuhan janin
terhambat-PJT (Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi
dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada
usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa
kehamilan-KMK (small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki
taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang
dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan
PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir
cukup bulan (aterm, >37 minggu).
IUGR adalah ketidaknormalan
pertumbuhan dan perkembangan dari fetus, yang mana terjadi 3-7% dari
persalinan, tergantung pada criteria diagnose yang dipergunakan. Pertumbuhan fetus
yang terhambat beresiko tinggi untuk terjadinya kesakitan dan kematian.
Diperkirakan kematian perinatal 5-10 lebih tinggi pada neonatus yang mengalami
pertumbuhan terhambat dibandingkan dengan yang memiliki ukuran atau berat badan
yang sesuai dengan usia kehamilan.Beberapa hal yang berhubungan dengan
kesakitan yang serius perlu mendapatkan perhatian pada periode setelah
terjadinya kegagalan pertumbuhan dalam uterus termasuk didalamnya apiksis bayi
baru lahir, hipoglikemi pada neonates, hypoklasemia, policytemia, aspirasi
mekonium, dan Persisten fetal sirculation. Beberapa penelitian melaporkan
terjadinya pertumbuhan persyarafan yang lebih sedikit pada bayi yang kecil di
bandingkan usia kehamilan (Small Gestational Age /SGA), terutama ketika
berhubungan dengan prematuritas. Kejadian kecacadan neurologic yang lebih besar
pada preterm SGA terjadi sampai dengan 15%.
2.2. Klasifikasi
Secara Klinis IUGR dibagi 3, berdasarkan waktu
kapan mulai dan berapa lamanya pengaruh yang menghambat pertumbuhan itu berlangsung.
Type 1. Simetrik IUGR
Type 1 IUGR menunjuk pada bayi dengan potensi
penurunan pertumbuhan. Type IUGR ini dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan
semua fetus ini menurut perbandingan SGA.
IUGR ini memiliki kejadian lebih
awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris yang terjadi ketika
fetus mengalami perpanjangan kekurangan yang lebih awal akibat dari malnutrisi
chorionic maternal, penyalahgunaan zat-zat kimia, insufisiensi plasenta, atau
gemeli. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan
organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents
<Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes
simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil,
dan wanita hamil yang merokok. Gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana
total jumlah sel kurang. Ukuran sel fetus normal tetapi secara umum terjadi
kekurangan yang menyeluruh pada badan. badan dan kepala neonatus proporsional
tetapi kecil (gangguan pertumbuhan yang proporsional). Lingkar kepala turun
dibawah persentil 10, ukuran otak kurang, dan berakibat buruk yang permanen
termasuk adanya kekurangperhatian pada masa kanak-kanaknya, gelisah, dan
perilaku bermasalah yang dihubungkan dengan jeleknya hasil akademik yang
ditunjukan.
Secara umum, IUGR Type 1 berhubungan dengan
prognosisi yang tidak baik ; ini berhubungan dengan kondisi phatologis yang
menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson menunjukkan,ada tidak adanya factor resiko
yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25% beberapa fetus yang dinilai,
hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada aneuploidy. Oleh
karena itu, penilaian sample darah pada umbilical (Percutaneus Umbillical Blood
Sampling), betul betul direkomendasikan untuk mengetahui Karyotype abnormal.
Type 2. Asimetrik IUGR
IUGR ini jumlahnya kira-kira 70 % dari semua kasus IUGR. Gangguan
pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama dibandingkan
gangguan pertumbuhan janin simetris. Akibat dari kekurangan nutrisi dan
defisiensi plasenta pada trimester kedua dan ketiga kehamilan menyebabkan
berbagai macam gangguan maternal yang meliputi hypoxic, vascular, renal
hematologic, dan gangguan kesehatan lingkungannya.
Gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana jumlah total sel normal
tetapi ukurannya lebih kecil. Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan
yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali,
kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala
dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah
insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi
ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan
dalam kehamilan. Ukuran sel yang kurang mengakibatkan atropi pada sel yang ada
sebelumnya tanpa mengurangi jumlah sel tersebut. Ukuran kepala pada masa
neonatus tampak besarnya tidak proporsional dengan badan karena pertumbuhan
kepala tidak terhambat (gangguan pertumbuhan yang tidak proporsional). Badan
mengandung sedikit lemak subkutan dan tampak panjang kurus. Secara umum
cadangan otot kurang, turgor kulit yang jelek, rambut yang tipis, perut yang
keriput, dan sutura terpisah dengan lebar, menunjukan asymmetrical IUGR.
Pada postnatal, terjadi kematangan Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi, dan
berpotensi untuk perkembangan intelektual yang sangat baik.
Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan
fetus adalah type 2. IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit ibu
seperti Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetus Mellitus dengan
vaskulopaty, dan yang lainnya.
Intermediate IUGR
IUGR
Intermediate menunjuk pada hambatan pertumbuhan yang merupakan kombinasi Type 1
dan Type 2. Gangguan pertumbuhan pada type ini diperkirakan terjadi selama fase
pertengahan pertumbuhan- pada fase hyperplasia dan hipertropi- yang mana
terjadi pada usia kehamilan 20-28 minggu. Pada fase ini, terjadi penurunan
kecepatan mitosis dan peningkatan yang progesif secara menyeluruh pada ukuran
sel. Bentuk IUGR ini keadannya tidak sebanyak jika dibandingkan dengan type1
dan 2, diperkirakan sekitar 5- 10%, dari semua hambatan pertumbuhan fetus.
Hipertensi kronis, Lupus Nepritis, atau penyakit vascular ibu yang lainnya,
menjadi berat dan jika terjadi lebih awal pada timeser II akan mengakibatkan
Intermediate IUGR dengan pertumbuhan simetrik dan tidak memberikan efek Brain
Sparring.
2.3. Etiologi
1.
Penyebab
ibu
a.
Fisik ibu yang kecil dan
kenaikan berat badan yang tidak adekuat
Faktor keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan
berat tidak adekuat selama kehamilan dapat menyebabkan PJT. Kenaikan
berat badan ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg. apabila wanita dengan berat
badan kurang harus ditingkatkan sampai berat badan ideal ditambah dengan 10-12
kg.
b.
Penyakit ibu kronik dan
gaya hidup.
Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik,
diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua penyakit
ini dapat menyebabkan pre-eklampsia yang dapat membawa ke PJT. Hipertensi dan
penyakit ginjal yang kronik, perokok, penderita DM yang berat, toksemia,
hipoksia ibu, gizi buruk, drug abuse, peminum alkohol. Kebiasaan seperti
merokok, minum alkohol, dan narkotik
2.
Penyebab janin
a.
Infeksi selama kehamilan
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat
menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering
menyebabkan PJT
b.
Kelainan bawaan dan
kelainan kromosom
Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi
dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18
berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih).
Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT
c.
Pajanan teratogen (zat
yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)
Berbagai macam zat yang bersifat teratogen
seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT
d.
Haemolysis; kelainan sel darah merah
3.
Penyebab plasenta
(ari-ari)
a.
Kelainan plasenta, sehingga
menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi janin
seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta),
korioangioma, dan plasenta previa
b.
Kehamilan kembar. Twin-to-twin
transfusion syndrome.
2.4. Patofisiologi
a.
Kondisi
kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan
embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan
bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan
dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan
janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi
percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut.
b.
Kondisi
kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi
pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan
plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
c.
Kondisi
kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang
mempengaruhi interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan
tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan
pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada
kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang
irreversibel.
2.5. Tanda dan Gejala
a.
Gangguan pada uterus dan
janin untuk tumbuh normal diatas periode 4 minggu.
b.
TFU paling sedikit
kurang 2 cm dari harapan untuk jumlah terhadap usia kehamilan dari pengukuran
TFU sebelumnya.
c.
Kekurangan penambahan
berat badan ibu.
d.
Gerakan janin yang
kurang.
e.
Kekurangan volume cairan
amnion.
f.
Lingkaran abdomen kecil
(ukuran hepar yang kecil)
g.
Tungkai yang kurus (masa
otot ↓)
h.
Kulit keriput ( lemak
subkutis ↓)
Bila penyebab PJT asimetrik berlangsung lama maka janin akan kehilangan
kemampuan untuk melakukan kompensasi → terjadi PJT simetrik.
Terhentinya pertumbuhan dan perkembangan kepala akan berdampak besar
terhadap proses tumbuh kembang anak nantinya. PJT patut diduga bila ukuran
uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan → konfirmasi dengan pemeriksaan
ultrasonografi.
Keterangan gambar 2:
Keterangan gambar 2:
- (atas) Biometri BPD yang ditandai dengan x …………….x serta lingkar kepala.
- (tengah) lingkar abdomen
- (bawah) Biometri Panjang Femur yang ditandai dengan x ……….x
2.6. Komplikasi
a.
Janin
-
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
-
Intranatal : hipoksia dan asidosis
-
Setelah lahir :
1). Secara Langsung
1). Secara Langsung
· Asfiksia
· Hipoglikemi
· Aspirasi mekonium
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang diakibatkan
oleh terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernafasan bayi. SAM seringkali
dihubungkan dengan suatu keadaan yang kita sebut fetal distress. Pada keadaan
ini, janin yang mengalami distres akan menderita hipoksia (kurangnya oksigen di
dalam jaringan). Hipoksia jaringan menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas
usus disertai dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah mekonium ke dalam
cairan amnion.
· DIC
Disebarluaskan pembekuan intravascular (DIC), juga dikenal sebagai konsumtif coagulopathy, adalah patologi aktivasi pembekuan (darah), mekanisme yang terjadi dalam respon terhadap berbagai penyakit.
Disebarluaskan pembekuan intravascular (DIC), juga dikenal sebagai konsumtif coagulopathy, adalah patologi aktivasi pembekuan (darah), mekanisme yang terjadi dalam respon terhadap berbagai penyakit.
· Hipotermi
· Perdarahan pada paru
· Polisitemia
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. Polisitemia menyebabkan darah menjadi kental dan menyebabkan berkurangnya kecepatan aliran darah ketika darah melalui pembuluh yang kecil. Jika penyakitnya berat, bisa menyebabkan pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah. Kulit bayi tampak kemerahan atau kebiruan. Bayi tampak lemas, pernafasannya cepat, refleks menghisapnya lemah dan denyut jantungnya cepat.
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. Polisitemia menyebabkan darah menjadi kental dan menyebabkan berkurangnya kecepatan aliran darah ketika darah melalui pembuluh yang kecil. Jika penyakitnya berat, bisa menyebabkan pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah. Kulit bayi tampak kemerahan atau kebiruan. Bayi tampak lemas, pernafasannya cepat, refleks menghisapnya lemah dan denyut jantungnya cepat.
· Hiperviskositas sindrom
Terjadi karena aliran darah terhambat, akibat darah yang lebih
kental. Kekebalan dapat terjadi karena volume dan jumlah sel bertambah
atau plasma lebih kental. Mata terlihat merah dengan pembuluh darah konjungtiva
bertambah. Fundus refleks berwarna merah tua dan fundus memperlihatkan
pengisian pembuluh darah yang berlerbihan sehingga lumen arteri dan vena
melebar, dismal peningkatan perkelokan.
· Gangguan gastrointestinal
2). Tidak langsung
Pada simetris IUGR keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak
kelahiran, sedangkan asimetris IUGR dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat
kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah IUGR
yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.
b.
Ibu
Mengalami Preeklampsi, penyakit jantung, dan malnutrisi.
2.7. Penatalaksanaan
Langkah
pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai
resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan
janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga
adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT
dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk
mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil,
diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit
ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain
itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi
untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran
yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.Pertumbuhan
janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana
kehamilan dengan PJT, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini,
untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan
meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
-
PJT pada saat dekat waktu
melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
-
PJT jauh sebelum waktu
melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan
kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau
pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum :
setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi dalam
kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang
baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan
menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu
dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka
harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya
adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap
3-4minggu
b. Tatalaksana khusus :
pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif
yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak
adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat,
penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan :
pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat selama
melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan.
Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan
intensif neonatal caresegera setelah dilahirkan sebaiknya
dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama
melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.
Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki
risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan
aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat
mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah
berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin
dengan PJT asimetris lebih dapat “catch-up” pertumbuhan setelah dilahirkan.
2.8. Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat
dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin
dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan,
sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan
yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi
stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi
dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain
itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit
kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus
diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap
ibu hamil sebagai berikut :
1.
Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk
kuantitas, makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2.
Hindari stress selama
kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus
hipertensi.
3.
Hindari makanan
obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi
obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter kandungan.
4.
Olah raga teratur.
Olah raga (senam hamil)
dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi keseimbangan oksigenasi, maupun
berat badan.
5.
Hindari alkohol,
rokok, dan narkoba.
6.
Periksakan kehamilan
secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat
penting dilakukan agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk,
jika ada kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil
dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan
28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya
setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai
dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin
mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan
lebih sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine
Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan
pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu
dari usia kehamilannya.
Penyebab pertumbuhan terhambat ini dapat dilihat
dari penyebab ibu, janin dan plasenta. Untuk penanganannya dapat dilakukan langkah
pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai
resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan
janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga
adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT
dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar